Pages

Selasa, 22 Juni 2010

Rushmore

Aktivitas ≠ Akademik


Directed by Wes Anderson
Cast are Jason Schwartzman, Bill Murray, Olivia Williams, Brian Cox
Tagline: "Love, Expulsion, Revolution"


Ketika kedewasaan dan sikap anak kecil terasa rancu dan ambisi seorang mothercomplex juga gambaran depresi seorang bapak yang tidak dianggap sebagai bapak di rumahnya. Seperti itulah gambaran yang ingin disampaikan sang sineas, Wes Anderson. Sebenarnya film ini tergolong sederhana dan tidak neko - neko. Karena hal ini dalam dunia nyata itu ada, sehingga menonton film ini serasa berkaca dengan kehidupan kita.

Itu juga lah kenapa saya menuliskan judul Aktivitas tak sama dengan Akademi. Karena hal itu memang terbukti dalam dunia nyata. Seperti hal nya Max Fischer (Jason Schwartzman) siswa sekolah Rushmore yang terkenal akan bejibun klub yang dia ikuti, dan hampir 80% dia yang menjadi ketua atau menjadi pendirinya. Semua klub di Sekolahnya dia ikuti tanpa ada yang tersisa. Tapi jika kita tengok nilainya, jangan tanya lah. Jeblok dan kebakaran! Dia juga menjadi musuh utama Dr. Nelson Guggenheim (Brian Cox) selaku kepala sekolah Rushmore yang merasa menyesal karena telah menerima Max menjadi murid di sekolahnya. Max juga orang yang suka banyak omong tanpa ada buktinya. dan ayahnya yang tidak begitu perduli dengan akademik Max hanya karena beliau tukang cukur.

Lain hal nya dengan Herman Blume (Bill Murray), entah karena sikap nya atau pemikirannya, ia sama sekali tidak dianggap oleh anaknya sebagai bapaknya, atau oleh istrinya sebagai suaminya. Dengan terang - terangan juga sang istri berselingkuh di depan matanya. Meskipun terhitung dia memiliki pabrik besi bernama Blume Corporation dan menjadi salah satu donatur di Rushmore.

Mereka berdua ditakdirkan bertemu setelah kebaktian di gereja Rushmore. Herman begitu tertarik dengan Max karena visi dia yang terlihat santai - santai saja dengan perjalanan hidupnya. Ketika melihat mereka berdua bertemu, batas dewasa - anak kecil menjadi kabur.

Konflik bergulir ketika Max menemukan tulisan di buku yang sedang dia baca di perpustakaan sekolah. Entah karena terinspirasi akan kata - katanya, ia memutuskan untuk mencari siapa penulis kalimat itu. Dan bertemulah dia dengan Rosemary Cross (Olivia William). Tanpa ia sadari, Max jatuh cinta dengannya.

Merasa ia lebih muda dari Rosemary, ia akhirnya memutuskan berpikir dan bersikap dewasa ala dia. Dari sinilah, berbagai konflik muncul. Dari dia yang dengan seenaknya mendirikan Akuarium raksasa karena Rosemary menyukai ikan, sedangkan lokasi dia membuat bertabrakan dengan lapangan rugby. Karena hal itu, ia pun di usir oleh Guggeinheim. Akhirnya dia pun pindah ke Sekolah umum. Dasar Max memang cerdas dalam hal aktivitas, ia pun merajai klub - klub di sekolah barunya untuk membuktikan kepada Rosemary bahwa tidak perlu di Rushmore untuk menjadi orang berguna.

Ketika Max sudah bisa lebih dekat dengan Rosemary dan tentu saja Herman menjadi bawahan nya Max, terjadi cinta terselubung antara Herman dan Rosemary yang diketahui oleh Dirk Calloway, teman gereja dia. Rivalitas pun terjadi antara Max dan Herman.

Kesemua konflik itu dengan cerdas di bawakan oleh sang sineas, tanpa ada tumpang tindih dan kesemuanya di rangkai sedemikian halusnya, hingga tidak menurunkan tempo alur film ini. Belum ketika Wes Anderson menampilkan play yang dibawakan Max. Dia dengan pintarnya menggabungkan adegan peperangan Apocalypse Now dan Full Metal Jacket dalam adegan play Max.

Musik yang mengalun di sepanjang film ini pun terasa pas sekali. Apalagi ketika opening credit, Lagu I Am Waiting nya Rolling Stones sangat menyatu sekali. membuat kita betah untuk menonton film ini sampai selesai tanpa harus menunda apapun.

Pembawaan karakter Jason pun terbilang luar biasa, sebagai seorang pelajar SMA yang ambisius dan mothercomplex. Saya saja sampai geleng - geleng kepala melihat akting Jason sebagai Max. Juga kepolosan yang dibawakan Bill Murray sebagai ayah yang tidak punya harapan.

Film ini saya sarankan penting untuk ditonton remaja baik itu masih SMA atau sudah berstatus mahasiswa. Karena disini di perlihatkan bagaimana ambisi itu harus diimbangi dengan kenyataan yang ada dan jangan terlalu aktif di ekstra kulikuler sedangkan akademik kita tinggalkan.


Rating : 9/10




Tidak ada komentar:

Posting Komentar