Pages

Rabu, 21 Desember 2011

Confession


Balas Dendam Dari Seorang Guru


Directed by Tetsuya Nakashima
Casts are Takako Matsu, Yoshino Kimura, Masaki Okada, Yukito Nishii, Kaoru Fujiwara, Ai Hashimoto
Tagline :

Apa yang membuat film ini begitu istimewa hingga dicalonkan untuk film asing terbaik ala Oscar ditahun 2010. Karena film ini sangatlah kompleks dan mengejutkan. Begitu kompleksnya dan berlapis - lapis alur ceritanya, hingga film ini menjadi tontonan yang sangat cerdas.

Dimulai dari Yuko Moriguchi (Takako Matsu) seorang guru SMP yang berniat mengundurkan diri dari SMP nya. Hari terakhir dia mengajar, dia membeberkan pengakuan nya di depan muridnya tentang kematian putrinya. Hingga dia mengatakan bahwa pelakunya ada di kelas itu.

Dari situ, cerita bercabang dan berkembang. Pengakuan disini adalah sudut pandang dalam film yang sekaligus menjadi kunci dari semua misteri film ini.

Selain alur cerita, film ini diacungi jempol dari segi cinematografi nya. Sudut pandang yang sangat enak dilihat ditambah penggunaan slow-motion yang tidak berlebihan. Belum lagi musik pengiringnya yang menambah kelam dan kompleksnya film ini.

Diluar dari kelemahannya, film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton, karena ketika menonton film ini, akan terlintas bayangan film Oldboy yang juga menampilkan balas dendam yang cerdas.

Overal Rating = 9/10

Pineapple Express

Efek Mengganja?

Directed by David Gordon Green.
Casts are Seth Rogen, James Franco, Danny McBride, Kevin Corrigan, Craig Robinson, Gary Cole, Rosie Perez, Amber Heard.
Tagline : "One hit could ruin your whole day"

Salah satu proyek dari Judd Apatow dan Seth Rogen yang bisa saya kategorikan sebagai film komedi aksi yang sakit dan teler. Dengan mengusung tema seorang pecandu marijuana, Seth Rogen yang berperan sebagai Dale Denton, seorang kurir surat pengadilan bagi yang tidak hadir dalam sidang, menghabiskan hari - harinya dengan menyimeng. Meski begitu, Dale beruntung mendapatkan gadis SMA bernama Angie yang jelas - jelas memiliki selisih umur yang jauh sekali.

Dale mempunyai pengedar tetap, Saul Silver (yang dimainkan sangat sempurna sekali oleh James Franco), seorang pengedar yang daya pikirnya melemah karena terlalu banyak nya mengkonsumsi ganja. Di suatu hari, Saul menawarkan sebuah ganja istimewa untuk Dale, ganja itu bernama Pineapple Express yang digadang - gadang sebagai ganja terbaik dari yang terbaik. Sampai akhirnya Dale mendapat tugas mengantarkan surat untuk Ted Jones, seorang pengusaha terkenal. Malang tak dapat disangkal, Dale menyaksikan kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh Ted ketika menunggu di luar rumah Ted Jones, yang apesnya, Dale membuang Pineapple Express di TKP. sedangkan Pineapple Express hanya dijual dari Saul. Dan Ted pun tahu siapa saksi dari kejadian tragis tersebut.

Bisa dibilang, film ini seperti ensiklopedia dalam hal perganjaan. Dari nama - namanya hingga sejarah kenapa ganja dilarang di US lewat visualisasi hitam putih yang kocak. Tapi, apa yang membuat film ini sangat menarik dan kocak. Akting James Franco! Yap! James yang sebelum - sebelumnya nya berperan sebagai orang yang cool dan berwibawa merubah imaji nya menjadi pecandu ganja yang berlebihan hingga tingkah dia pun sangat teler.

Bahkan jika dilihat, Seth Rogen yang mendapat jatah sebagai aktor utama pun terlihat keteteran ketika harus beradu akting dengan James Franco di film ini. Dari cara dia berbicara, gesture dia hingga ekspresinya seakan - akan James benar - benar sedang teler. Bahkan di film ini, ada banyak sekali improvisasi dialog dan adegan dari James.

Selain apiknya performa dari James Franco, film yang menyandang rekor sebagai film bertemakan ganja tersukses dengan pendapatannya yang 100 juta dollar lebih, juga sukses meramu komedi slapstik dengan aksi yang brutal. Sebagai ciri khas Judd Apatow yang terkenal dengan komedi slapstiknya. Orang tidak ada yang menyangka bahwa film ini berubah menjadi film aksi yang brutal meski masih dalam keadaan teler. Juga dialog yang pintar yang mampu mengocok perut jika anda memang memahami lebih apa yang sedang mereka bicarakan.

Sayangnya, bagi penonton yang awam, konteks humor dari film ini akan terasa hambar dan akan membuat mereka berpikir "apa lucunya?" Kelemahan dari Judd Apatow dan Seth Rogen dari semua filmnya adalah mereka terlalu amerikanisasi dalam bercanda, meski film ini tidak hanya di Amerika untuk penyebarannya. Selain itu, karena kuatnya karakter James, Seth dan Danny pun berasa seperti penggembira yang kurang akan tendensi beraktingnya.

Dan juga film ini akan membuat mu tertawa terpingkal - pingkal dan di pertengahan film, dengan suksesnya juga kamu akan dijatuhkan tendensi menontonnya, hingga akan merasa bosan. Meski di akhir cerita diperlihatkan aksi yang menawan.

Keseluruhan dari film ini, selain suguhan performa yang menakjubkan dari James Franco, film ini memang akan membuat perut mu akan selalu terpingkal, meski kamu juga kudu antisipasi dengan anjloknya alur cerita di pertengahan film.

Overal Rating = 8/10

Trivia
  • Kata "f*ck" diucapkan hampir lebih dari 180 kali di film ini.
  • Awalnya Seth Rogen menulis peran Saul untuk dirinya sendiri, sampai akhirnya ia menyadari James Franco akan lebih lucu jika memerankan peran Saul.
  • Nama Budlofsky yang dikisahkan sebagai antagonis di film ini, di pakai kembali oleh Seth Rogen di naskah film dia berikutnya, Green Hornet.
Memorable Quotes:

Saul: Let's roll, man! I'm done with the woods! Let's go! C'mon, man, let's get the fuck outta here!
Dale Denton: [sarcastically] Okay... Uhh let's go... No... It's not working... the battery's dead.
Saul: Wait...! What do you mean, it's dead?
Dale Denton: [laughing] What do I mean? I mean the battery's dead. The battery's dead!
Saul: No, no! What do you mean, the battery's dead?
Dale Denton: How can I explain this to you differently? The battery is dead. It ceased to live. It's deceased now. The car needs a battery to start, Saul.
Saul: [frustrated sigh] How did this happen?
Dale Denton: Well we clearly fell asleep with the battery on and-...
Saul: Aw, man... Talk radio?
Dale Denton: Yes, talk radio.
Saul: So boring, man! The car just committed suicide.

Senin, 23 Mei 2011

Brick

Film Detektif?


Directed by Rian Johnson
Casts are Joseph-gordon Levitt, Lukas Haas, Emilie de Ravin.
Tagline : "A Detective Story."

Joseph-Gordon Levitt atau saya singkat JGL, terlihat memukau dalam film arahan Rian Johnson yang sangat absurd ini. Dengan dilabeli "A Detective Story", orang akan menyiapkan kefokusannya untuk menonton film ini. Dan ternyata label itu memang bukan main - main. Ini benar - benar film detektif.

Di awali ketika Brendan (Joseph-gordon Levitt) menemukan mayat kekasihnya, Emily (Emilie de Ravin) di terowongan, bermaksud membalas dendam Brendan justru menemukan sebuah rahasia gelap yang mengitari dunia Emily, dibantu oleh The Brain (Matt O'Leary), Brendan harus berhadapan dengan gangster lokal dan kemisteriusan yang membayang - bayangi Emily semasa dua bulan setelah dia putus dari Brendan dan meninggal.

Dalam hal ini, editing film ini patut di acungi jempol. Dengan pemakaian tempo yang luar biasa cepat dan terburu - buru, tidak akan membuat mata kita cepat lelah karena editing nya yang sangat halus. Penggunaan score nya jarang dipakai, sehingga menonton film ini berasa sunyi. Dan mungkin memang itu yang ingin ditonjolkan oleh Rian Johnson.

Sinematografinya juga terbilang mengasyikkan untuk di perhatikan, terkadang ada poin yang membuat saya bingung dengan penggunaan sudut kamera tersebut.

Permainan karakter JGL yang luar biasa, dan membuat saya bingung, karakternya terlihat egois tapi tidak se egois yang di pikirkan. Juga Matt O'Leary, yang bermain apik sebagai informan, dia tidak menunjukkan sikapnya yang cenderung ke JGL juga ke musuhnya, tapi dia lebih hanyalah sosok sentral yang akan memberi bantuan informasi. Meski terkadang saya mencurigai ada maksud dari peran dia.

Film detektif? Ya, memang film detektif tapi dengan sentuhan - sentuhan absurd yang membuat film ini lebih dari sekedar film detektif..

Overal Rating : 9 / 10

Trivia :
- Spaghetti Westerns dan Cowboy Beebop lah yang menjadi pengaruh Rian Johnson dalam memvisualisasikan film ini.

Memorable Quotation :
"Throw one at me if you want, hash head. I've got all five senses and I slept last night, that puts me six up on the lot of you." - Brendan Frye

Punch-drunk Love

Warna, Piano Dan Cinta


Directed by Paul Thomas Anderson
Casts are Adam Sandler, Emily Watson, Paul Seymour Hoffman
Tagline : -

Setelah John C.Reilly yang biasa bermain komedi dijadikan objek art-house oleh Paul Thomas Anderson, gantian Adam Sandler menjadi bahan eksperimen P.T. Anderson untuk merubah perspektif akting dia. Ketika orang mendengar nama Adam Sandler, pasti lah mereka akan menduga film nya komedi. Tak salah memang, nah, mereka akan menerka - nerka apa jadinya jika seorang Adam Sandler bermain film di bawah sutradara P.T. Anderson. Jawabannya satu, cerdas!

Semula saya agak ragu ketika mengetahui Adam Sandler bermain serius, dalam artian tidak bermain konyol seperti biasanya, apalagi P.T. Anderson memang terkenal membuat film berskala art-house, dari Hard Eight, Boogie Night dan Magnolia. Tapi keraguan itu hilang semenjak film ini dimulai.

Sebenarnya cerita nya sederhana saja, Barry Egan (Adam Sandler) seorang sales lampu mendapati dirinya dalam situasi aneh yang melibatkan dirinya dengan pelacur, piano misterius dan undian liburan ke luar negeri dari produk makanan.

Lalu apa hubungannya dengan judul diatas?
Warna, karena di sela - sela film akan muncul gradasi warna pelangi, juga penggunaan warna biru dan merah dominan di film ini, dua hal tersebut mengandung simbol yang menjadi ciri khas P.T. Anderson. Meski terkesan membingungkan, hal itu tidak mengurangi saya dalam menikmati film ini.

Piano, dari awal cerita tiba - tiba Barry mendapati sebuah Piano di buang oleh seseorang di hadapannya. kehadiran piano itu sangatlah misterius, hanya saja ketika Barry memainkan piano mini itu, akan terdengar score yang sangat lembut dan menyenangkan sekali.

Cinta, film ini bisa dibilang drama romantis yang aneh, sangat absurd. Tarik ulur Barry dengan Lena (Emily Watson) dan segelintir permasalahan Barry dengan pelacur telepon menambah keabsurdan film ini.

Sinematografi film ini perlu di acungi dua jempol. P.T. Anderson dengan tekhnik sinematografi yang konstan benar - benar membuat mata saya betah untuk menonton film ini sampai usai. Bahkan ada satu kecelakaan ketika sedang menyuting film, yang ternyata membuat P.T. Anderson justru membuat insiden itu sebagai salah satu simbol dalam film ini.

Akhir kata, menonton film ini dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk menikmati film ini. Karena ada banyak simbol - simbol unik yang menjadi kekuatan utama film ini.


Overal Rating : 9/10

Sad Movie

Siapkan Tisu Sebelum Menonton


Directed by Jong-kwan Kwon
Casts are Woo-sung Jung, Su-jeong Lim, Tae-hyun Cha, Jung-ah Yum, Min-a Shin, Tae-Yeong Son, Ki-woo Lee
Tagline : "Separation is another face of love"


Film ini terhitung sangatlah unik, dari judulnya "Sad Movie", terkesan simple dan orang pasti akan menebak bahwa film ini pure sad. Tapi dari judul tersebut bisa saja membuat orang akan jatuh kecewa, sama hal nya dengan film yang menggunakan judul "Comedy Movie", orang akan mengharapkan film itu benar - benar membuat perut kita kram karena terbahak - bahak, tapi justru itu menjadi bobby trap, orang akan kecewa, karena ternyata itu bukanlah komedi.

Berbeda kasus dengan film garapan Jong-kwan Kwon ini, kontruksi pikiran kita sebelum menonton film ini bakal tersedu - sedu sangat tepat! Berbagai cerita, karakter dan nasib, semua memiliki benang merah yang halus sekali terlihat. Semuanya menggambarkan bahwa cinta tidak selamanya seindah dongeng - dongeng. Begitu kelam dan satir tapi tidak berlebihan.

Dari cerita seorang pemadam kebakaran, Lee-jin Wu (Woo-sung Jung) yang bolak balik gagal untuk melamar kekasihnya, Ahn Su-Jeong (Su-jeong Lim), adiknya Ahn Su-Jeong, Ahn-sue eun (Min-a Shin), tuna wicara dan memiliki codet besar di pipinya hingga membuat dirinya minder, dan memutuskan untuk menjadi badut dan menjadi secret admirer pelukis jalanan, Sang-gyu (Ki-woo Lee), Jung-ha Suk (Tae-hyun Cha) seorang penggangguran yang berusaha mempertahankan cinta nya dengan Choi Suk-hyun (Tae-yong Son), Yeom Ju-Young (Jung-ah Yum) seorang ibu yang kewalahan dengan kenakalan anaknya, Park Hui - chan (Yeo Jin-gu). Semuanya terjalin dengan halus, hingga tidak membuat saya yang menonton kebingungan akan alurnya.

Dialognya juga menyentuh, dibaluti dengan score nya yang sangat menusuk hati. Selain itu, eksekusi endingnya tidak memaksa, dan terasa alami sekali, hingga bisa di jamin anda pasti akan menangis menonton film ini.

Dan itulah yang membuat saya mau memberi nilai lebih dalam film ini, meski cenderung banyak orang mengatakan film ini standar, tapi ada banyak nilai lebih yang membuat saya menyukai film ini.

Overal Rating : 8/10

Selasa, 11 Januari 2011

Cop Out

Kombinasi Yang Lumayan

Directed by Kevin Smith
Cast are Bruce Willis, Tracy Morgan, Juan Carlos Hernandez, Kevin Pollak, Adam Brody, Sean William Scott
Tagline : "Rock Out With Your Glock Out"


Sepertinya Bruce Willis memang masih mempunyai stamina untuk menjadi aktor laga meski terbilang usia nya yang sudah berkepala lima. Selain film ini, Bruce Willis pun membintangi film aksi laga lainnya, hanya saja saya tertarik dengan film ini dikarenakan faktor Tracy Morgan.

Selama ini Tracy Morgan lebih dikenal dari serial 30 Rocks, sebagai aktor yang keras kepala dan selalu membikin skandal. Dan sebenarnya terlihat sangat klop sekali dengan Bruce Willis yang memang selalu digambarkan sebagai karakter keras kepala.

Diceritakan Jimmy Monroe (Bruce Willis) dan Paul Hodges (Tracy Morgan) adalah pasangan detektif yang terkenal kecerobohannya. Suatu ketika, mereka berhasil mendapatkan informan Raul (Juan Carlos Hernandez) sebagai gembong narkotik meksiko. Ketika dilancarkan aksi menjebak Raul, terjadi insiden, hingga sang informan tewas.

Karena insiden itu, Jimmy dan Paul di skors dan disuruh menyerahkan lencana dan senjatanya. Padahal Jimmy membutuhkan pekerjaannya untuk membiayai pernikahan anaknya, Ava (Michelle Trachtenberg). Di lain tempat, Paul mencurigai istrinya, Debbie (Rashida Jones) berselingkuh dengan tetangga sebelah.

Jimmy akhirnya memutuskan untuk menjual kartu baseballnya yang katanya harganya 80 juta Dollar. ketika akan menjualnya, toko lelang itu dirampok oleh Dave (Sean William Scott).

Ternyata hilangnya kartu itu mengantar kan mereka ke Raul, yang memiliki hobi mengumpulkan pernak - pernik baseball. akhirnya Jimmy mengadakan negoisasi dengan Raul, agar dia bisa mendapatkan kembali kartu nya. Dari sinilah semua konflik terjadi.

Disini, Bruce bersama Tracy begitu klop. hanya saja disini Bruce tidaklah sekeras kepala seperti biasanya, disini dia lebih santai beda dengan Tracy yang begitu keras kepala (seperti biasanya) dan ceroboh.

Lucunya, ada banyak quote - quote dari film terkenal dan legenda disini, dan itu menjadi metode Tracy untuk menginterogasi dan praktik dia sebagai detektif. Ini lah poin kerennya dari Tracy.

Dari segi cerita, tidak ada yang spesial. Karena endingnya pasti sudah ketebak dari awal. Hanya saja dengan bumbu - bumbu ketidak sengajaan itu lah yang membuat film ini menjadi 'lumayan' menarik.

Meski kelucuannya rada di paksa, apalagi ketika ceritanya bergulir ke Kevin Pollak dan Adam Brody. juga ketidakharmonisan di endingnya yang bikin tidak enak untuk dilihat.

Overal Rating : 6/10


Minggu, 09 Januari 2011

Big Shot's Funeral a.k.a Da Wan

Menguak Pemakaman Yang Satir


Directed by Xiaogang Feng
Cast are Donald Sutherland, Rosamund Kwan, You Ge, Da Ying, Christopher Barden
Tagline : -

Kerjasama Columbia Pictures bersama China Film Group menyajikan sebuah cerita yang sangat lucu, menghibur dan mengejutkan. Meski lucu disini, bukan berarti film ini akan mengundang tawa terbahak - bahak, tapi film ini mampu menyajikan suguhan komedi satir.

Dimulai dari Tyler (Donald Sutherland), sutradara kondang dari Hollywood bermaksud untuk meremake film The Last Emperor, dari situ Lucy (Rosamund Kwan) meminta bantuan Yoyo (You Ge) untuk mendokumentasikan kegiatan Tyler. Meski awal - awal terlihat lancar - lancar saja dalam penggarapan film, Tyler merasa ada yang kurang hingga membuat dia malas - malasan untuk menyutradarainya.

Selama hal itu juga, Tyler menjadi akrab dengan Yoyo, walaupun sebenarnya Yoyo sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.

Hal ini membuat Produsernya uring - uringan, karena film tersebut menyedot banyak dana. Akhirnya diputuskan untuk mengganti Tyler sebagai sutradara, dan diserahkan kepada sutradara yang naik daun dari MTV. Hal itu membuat Tyler cemas akan masa depannya, hingga akhirnya ketika tengah ngobrol dengan Yoyo, dia pingsan. Sebelumnya, Tyler meminta tolong untuk membuatkan pemakaman yang lucu untuk dia.

Melihat hal tersebut, Yoyo pun meminta bantuan kepada Louis Wang, temannya yang seorang EO terkenal di China untuk memberikan dana sekaligus konsep acaranya. Masalah belum selesai, ternyata pemakaman itu membutuhkan banyak dana. Akhirnya Yoyo dan Louis memutuskan untuk menggelar pelelangan pemasangan iklan ketika pemakaman Tyler.

Pelelangan itu mendadak menjadi kacau, karena banyaknya perusahaan yang ingin memasang brandnya. Kekacauan itu belum selesai, ketika tanpa Yoyo sadari, Tyler sudah sembuh dari sakitnya dan tidak didiagnosis akan mati.

Kekacauan itu lah yang menjadi kelucuan film ini. Dan tidak hanya itu pula, konsep pemakaman itu sebenarnya juga sanggup memberikan unsur lucu. Bayangkan saja pemakaman yang identik dengan kesedihan justru dikemas dengan konser musik yang megah, presentasi produk. Belum lagi ketika Tyler dan Yoyo tengah mengobrol, Tyler tidak tahu bahasa mandarin dan Yoyo tidak bisa bahasa Inggris. Tapi herannya mereka bisa nyambung.

Belum lagi pandangan Louis Wang terhadap orang asing, kelebaian dia membuat poin lucu tersendiri. Sekaligus menyentil kita dalam menyikapi orang asing.

Meskipun akhir cerita rada membingungkan dan mengejutkan.

Overal Rating : 7.5/10

City of Violence

Memang Seperti Kill Bill

Directed by Ryoo Seung-Wan
Cast are Ryoo Seung-Wan, Jeong Doo-Hong, Lee Beom-Soo, Jong Seok-Yoong
Tagline : -


Ketika melihat cover dari film ini, saya menjadi tertarik dengan kalimat "Korean Kill Bill". Mengingat saya adalah pemuja dari Quentin Tarantino, saya pun mencoba membuktikan embel - embel tersebut. Dari pertama kali film itu mulai, kita sudah disuguhi kekerasan yang absurd, lalu setelah cerita mulai mengalir, saya langsung tahu maksud dari embel - embel itu.

Di Kill Bill, sang Bride melakukan aksi balas dendam setelah calon suaminya tiba - tiba di bunuh secara brutal ketika akan dilangsungkan pernikahan mereka berdua, sedangkan di City of Violence, aksi balas dendam itu dilakukan oleh Tae-Su dan Seok-Hwan karena Wang-Jae sahabat mereka tiba - tiba dibunuh oleh gerombolan berandalan.

Di Kill Bill, setelah di telusuri ceritanya, ternyata memang pembunuhan itu beralasan dan disengaja, sama halnya dengan City of Violence.

Cerita dimulai ketika Wang-Jae dibunuh oleh gerombolan berandalan setelah gerombolan itu membuat rusuh di kafe miliknya. Tae-Su, inspektor polisi dari Seoul yang juga sahabatnya mendengar berita dari itu memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Di sana dia bertemu dengan sahabatnya di masa kecil, Seok-Hwan, Dong-Hwan dan Pil-Ho. Pemakaman pun berlangsung rusuh ketika Pil-Ho berseteru dengan Dong-Hwan.
Tae-Su memutuskan untuk mencari tahu kebenaran dari kasus itu, sampai akhirnya dia menemukan sebuah kebenaran yang sangat pahit. Dimana kebenaran itu menghancurkan sebuah kepercayaannya dengan masa lalunya.

Saya sangat salut sekali dengan peran Lee Beom-So disini, melihat film ini awal - awal anda akan sangat bersimpati sekali dengan aktor ini, tapi ketika cerita mengalir, simpati kita seperti luntur, meski kita masih bingung, dengan perubahan tersebut.

Sama halnya dengan kekerasan yang ditonjolkan sangatlah menarik, dan sangatlah mirip dengan Kill BIll, dari yang dikeroyok banyak orang, meski tidak sesadis Kill Bill. Hanya saja, tragis disini terlihat sangat menyiksa, mengingat kekejaman yang menimpa para tokoh ceritanya.

Tidak salah memang film ini mendapat embel - embel Korean Kill Bill, selain kemiripan ceritanya, kualitas dari film ini memang bagus. Tak heran film ini langsung menggebrak di New York ketika di rilis pertama kali pada tahun 2006.

Overal Rating : 8/10