Pages

Senin, 23 Mei 2011

Brick

Film Detektif?


Directed by Rian Johnson
Casts are Joseph-gordon Levitt, Lukas Haas, Emilie de Ravin.
Tagline : "A Detective Story."

Joseph-Gordon Levitt atau saya singkat JGL, terlihat memukau dalam film arahan Rian Johnson yang sangat absurd ini. Dengan dilabeli "A Detective Story", orang akan menyiapkan kefokusannya untuk menonton film ini. Dan ternyata label itu memang bukan main - main. Ini benar - benar film detektif.

Di awali ketika Brendan (Joseph-gordon Levitt) menemukan mayat kekasihnya, Emily (Emilie de Ravin) di terowongan, bermaksud membalas dendam Brendan justru menemukan sebuah rahasia gelap yang mengitari dunia Emily, dibantu oleh The Brain (Matt O'Leary), Brendan harus berhadapan dengan gangster lokal dan kemisteriusan yang membayang - bayangi Emily semasa dua bulan setelah dia putus dari Brendan dan meninggal.

Dalam hal ini, editing film ini patut di acungi jempol. Dengan pemakaian tempo yang luar biasa cepat dan terburu - buru, tidak akan membuat mata kita cepat lelah karena editing nya yang sangat halus. Penggunaan score nya jarang dipakai, sehingga menonton film ini berasa sunyi. Dan mungkin memang itu yang ingin ditonjolkan oleh Rian Johnson.

Sinematografinya juga terbilang mengasyikkan untuk di perhatikan, terkadang ada poin yang membuat saya bingung dengan penggunaan sudut kamera tersebut.

Permainan karakter JGL yang luar biasa, dan membuat saya bingung, karakternya terlihat egois tapi tidak se egois yang di pikirkan. Juga Matt O'Leary, yang bermain apik sebagai informan, dia tidak menunjukkan sikapnya yang cenderung ke JGL juga ke musuhnya, tapi dia lebih hanyalah sosok sentral yang akan memberi bantuan informasi. Meski terkadang saya mencurigai ada maksud dari peran dia.

Film detektif? Ya, memang film detektif tapi dengan sentuhan - sentuhan absurd yang membuat film ini lebih dari sekedar film detektif..

Overal Rating : 9 / 10

Trivia :
- Spaghetti Westerns dan Cowboy Beebop lah yang menjadi pengaruh Rian Johnson dalam memvisualisasikan film ini.

Memorable Quotation :
"Throw one at me if you want, hash head. I've got all five senses and I slept last night, that puts me six up on the lot of you." - Brendan Frye

Punch-drunk Love

Warna, Piano Dan Cinta


Directed by Paul Thomas Anderson
Casts are Adam Sandler, Emily Watson, Paul Seymour Hoffman
Tagline : -

Setelah John C.Reilly yang biasa bermain komedi dijadikan objek art-house oleh Paul Thomas Anderson, gantian Adam Sandler menjadi bahan eksperimen P.T. Anderson untuk merubah perspektif akting dia. Ketika orang mendengar nama Adam Sandler, pasti lah mereka akan menduga film nya komedi. Tak salah memang, nah, mereka akan menerka - nerka apa jadinya jika seorang Adam Sandler bermain film di bawah sutradara P.T. Anderson. Jawabannya satu, cerdas!

Semula saya agak ragu ketika mengetahui Adam Sandler bermain serius, dalam artian tidak bermain konyol seperti biasanya, apalagi P.T. Anderson memang terkenal membuat film berskala art-house, dari Hard Eight, Boogie Night dan Magnolia. Tapi keraguan itu hilang semenjak film ini dimulai.

Sebenarnya cerita nya sederhana saja, Barry Egan (Adam Sandler) seorang sales lampu mendapati dirinya dalam situasi aneh yang melibatkan dirinya dengan pelacur, piano misterius dan undian liburan ke luar negeri dari produk makanan.

Lalu apa hubungannya dengan judul diatas?
Warna, karena di sela - sela film akan muncul gradasi warna pelangi, juga penggunaan warna biru dan merah dominan di film ini, dua hal tersebut mengandung simbol yang menjadi ciri khas P.T. Anderson. Meski terkesan membingungkan, hal itu tidak mengurangi saya dalam menikmati film ini.

Piano, dari awal cerita tiba - tiba Barry mendapati sebuah Piano di buang oleh seseorang di hadapannya. kehadiran piano itu sangatlah misterius, hanya saja ketika Barry memainkan piano mini itu, akan terdengar score yang sangat lembut dan menyenangkan sekali.

Cinta, film ini bisa dibilang drama romantis yang aneh, sangat absurd. Tarik ulur Barry dengan Lena (Emily Watson) dan segelintir permasalahan Barry dengan pelacur telepon menambah keabsurdan film ini.

Sinematografi film ini perlu di acungi dua jempol. P.T. Anderson dengan tekhnik sinematografi yang konstan benar - benar membuat mata saya betah untuk menonton film ini sampai usai. Bahkan ada satu kecelakaan ketika sedang menyuting film, yang ternyata membuat P.T. Anderson justru membuat insiden itu sebagai salah satu simbol dalam film ini.

Akhir kata, menonton film ini dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk menikmati film ini. Karena ada banyak simbol - simbol unik yang menjadi kekuatan utama film ini.


Overal Rating : 9/10

Sad Movie

Siapkan Tisu Sebelum Menonton


Directed by Jong-kwan Kwon
Casts are Woo-sung Jung, Su-jeong Lim, Tae-hyun Cha, Jung-ah Yum, Min-a Shin, Tae-Yeong Son, Ki-woo Lee
Tagline : "Separation is another face of love"


Film ini terhitung sangatlah unik, dari judulnya "Sad Movie", terkesan simple dan orang pasti akan menebak bahwa film ini pure sad. Tapi dari judul tersebut bisa saja membuat orang akan jatuh kecewa, sama hal nya dengan film yang menggunakan judul "Comedy Movie", orang akan mengharapkan film itu benar - benar membuat perut kita kram karena terbahak - bahak, tapi justru itu menjadi bobby trap, orang akan kecewa, karena ternyata itu bukanlah komedi.

Berbeda kasus dengan film garapan Jong-kwan Kwon ini, kontruksi pikiran kita sebelum menonton film ini bakal tersedu - sedu sangat tepat! Berbagai cerita, karakter dan nasib, semua memiliki benang merah yang halus sekali terlihat. Semuanya menggambarkan bahwa cinta tidak selamanya seindah dongeng - dongeng. Begitu kelam dan satir tapi tidak berlebihan.

Dari cerita seorang pemadam kebakaran, Lee-jin Wu (Woo-sung Jung) yang bolak balik gagal untuk melamar kekasihnya, Ahn Su-Jeong (Su-jeong Lim), adiknya Ahn Su-Jeong, Ahn-sue eun (Min-a Shin), tuna wicara dan memiliki codet besar di pipinya hingga membuat dirinya minder, dan memutuskan untuk menjadi badut dan menjadi secret admirer pelukis jalanan, Sang-gyu (Ki-woo Lee), Jung-ha Suk (Tae-hyun Cha) seorang penggangguran yang berusaha mempertahankan cinta nya dengan Choi Suk-hyun (Tae-yong Son), Yeom Ju-Young (Jung-ah Yum) seorang ibu yang kewalahan dengan kenakalan anaknya, Park Hui - chan (Yeo Jin-gu). Semuanya terjalin dengan halus, hingga tidak membuat saya yang menonton kebingungan akan alurnya.

Dialognya juga menyentuh, dibaluti dengan score nya yang sangat menusuk hati. Selain itu, eksekusi endingnya tidak memaksa, dan terasa alami sekali, hingga bisa di jamin anda pasti akan menangis menonton film ini.

Dan itulah yang membuat saya mau memberi nilai lebih dalam film ini, meski cenderung banyak orang mengatakan film ini standar, tapi ada banyak nilai lebih yang membuat saya menyukai film ini.

Overal Rating : 8/10