Pages

Sabtu, 26 Juni 2010

Fast Track (The EX)


Standar Tapi Menghibur


Directed by Jesse Peretz
Cast are Zach Braff, Amanda Pett, Jason Bateman, Charles Grodin, Amy Adams
Tagline : "Credit-grabbing, Back-stabbing, wife-nabbing. Just another day at the office"


Sebenarnya saya menonton film ini karena tertarik dengan akting si Zach Braff, menilik performa dia di The Last Kiss yang terhitung sangat - sangat kurang dan mengecewakan. Ternyata di tahun yang sama, dia juga bermain di film yang sama ringannya berjudul Fast Track atau The EX.

Di film ini justru karakter khas dari Zach Braff muncul, tidak seperti di The Last Kiss yang bermain setengah - setengah, disini dia seperti tidak kaku untuk memerankan Tom Reilly, seorang pria yang jika bekerja tidak pernah bisa bertahan lama karena masalah prinsipnya, sedangkan istrinya hampir saja melahirkan.

Kolaborasi dia dengan Jason Bateman yang sebagai rival dia di film ini ternyata lumayan menghadirkan kelucuan yang (walau standar) menghibur. Jason Bateman sebagai Chip Sandlers, orang yang sudah lima tahun cacat kaki dan merupakan mantan istrinya ketika SMA.

Cerita dimulai ketika Tom dipecat lagi sebagai koki, sedangkan Sofia Kowalski (Amanda Peet) padahal sudah melahirkan. Mengetahui hal itu terjadi lagi, Tom akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran ayahnya Sofia, Bob Kowalski (Charles Grodin) sebagai asisten tim kreatif di perusahaan dia bekerja.

Masalah muncul ketika Tom menjadi asisten Chip yang ternyata anak emas Bob dan juga mantan Sofia kala SMA. Apalagi ternyata Chip berulang kali membuat Tom mendapat masalah. Dari dia membuat kericuhan ketika bermain basket bersama orang cacat, mengganti video rancangan iklan Tom dengan video dia menyadap apa yang dilakukan Chip selama ini dikantor. Hingga akhirnya karena Tom juga Bob harus di pecat dari kantornya. Hal itu tentu saja membuat Sofia marah besar dengan Tom. Melihat keadaan itu, Chip kembali melancarkan aksi pendekatan ke Sofia.

Keapesan Tom disini ditampilkan sangat apik oleh Zach, hingga saya berkata ini baru Zach yang sebenarnya. Akting Jason pun terhitung menghibur meski standar.

Meski begitu, sayangnya film ini kurang dalam penyelesaiannya. Lumayan memaksakan atau dikejar tayang, yang jelas endingnya terasa kurang enak untuk ditonton. Walau lumayan mengejutkan.

Film ini akan cocok untuk anda tonton jika ingin mencari mood saja. Karena memang film ini memang standar tapi menghibur.

Overal Rating : 6.5/10

Selasa, 22 Juni 2010

Rushmore

Aktivitas ≠ Akademik


Directed by Wes Anderson
Cast are Jason Schwartzman, Bill Murray, Olivia Williams, Brian Cox
Tagline: "Love, Expulsion, Revolution"


Ketika kedewasaan dan sikap anak kecil terasa rancu dan ambisi seorang mothercomplex juga gambaran depresi seorang bapak yang tidak dianggap sebagai bapak di rumahnya. Seperti itulah gambaran yang ingin disampaikan sang sineas, Wes Anderson. Sebenarnya film ini tergolong sederhana dan tidak neko - neko. Karena hal ini dalam dunia nyata itu ada, sehingga menonton film ini serasa berkaca dengan kehidupan kita.

Itu juga lah kenapa saya menuliskan judul Aktivitas tak sama dengan Akademi. Karena hal itu memang terbukti dalam dunia nyata. Seperti hal nya Max Fischer (Jason Schwartzman) siswa sekolah Rushmore yang terkenal akan bejibun klub yang dia ikuti, dan hampir 80% dia yang menjadi ketua atau menjadi pendirinya. Semua klub di Sekolahnya dia ikuti tanpa ada yang tersisa. Tapi jika kita tengok nilainya, jangan tanya lah. Jeblok dan kebakaran! Dia juga menjadi musuh utama Dr. Nelson Guggenheim (Brian Cox) selaku kepala sekolah Rushmore yang merasa menyesal karena telah menerima Max menjadi murid di sekolahnya. Max juga orang yang suka banyak omong tanpa ada buktinya. dan ayahnya yang tidak begitu perduli dengan akademik Max hanya karena beliau tukang cukur.

Lain hal nya dengan Herman Blume (Bill Murray), entah karena sikap nya atau pemikirannya, ia sama sekali tidak dianggap oleh anaknya sebagai bapaknya, atau oleh istrinya sebagai suaminya. Dengan terang - terangan juga sang istri berselingkuh di depan matanya. Meskipun terhitung dia memiliki pabrik besi bernama Blume Corporation dan menjadi salah satu donatur di Rushmore.

Mereka berdua ditakdirkan bertemu setelah kebaktian di gereja Rushmore. Herman begitu tertarik dengan Max karena visi dia yang terlihat santai - santai saja dengan perjalanan hidupnya. Ketika melihat mereka berdua bertemu, batas dewasa - anak kecil menjadi kabur.

Konflik bergulir ketika Max menemukan tulisan di buku yang sedang dia baca di perpustakaan sekolah. Entah karena terinspirasi akan kata - katanya, ia memutuskan untuk mencari siapa penulis kalimat itu. Dan bertemulah dia dengan Rosemary Cross (Olivia William). Tanpa ia sadari, Max jatuh cinta dengannya.

Merasa ia lebih muda dari Rosemary, ia akhirnya memutuskan berpikir dan bersikap dewasa ala dia. Dari sinilah, berbagai konflik muncul. Dari dia yang dengan seenaknya mendirikan Akuarium raksasa karena Rosemary menyukai ikan, sedangkan lokasi dia membuat bertabrakan dengan lapangan rugby. Karena hal itu, ia pun di usir oleh Guggeinheim. Akhirnya dia pun pindah ke Sekolah umum. Dasar Max memang cerdas dalam hal aktivitas, ia pun merajai klub - klub di sekolah barunya untuk membuktikan kepada Rosemary bahwa tidak perlu di Rushmore untuk menjadi orang berguna.

Ketika Max sudah bisa lebih dekat dengan Rosemary dan tentu saja Herman menjadi bawahan nya Max, terjadi cinta terselubung antara Herman dan Rosemary yang diketahui oleh Dirk Calloway, teman gereja dia. Rivalitas pun terjadi antara Max dan Herman.

Kesemua konflik itu dengan cerdas di bawakan oleh sang sineas, tanpa ada tumpang tindih dan kesemuanya di rangkai sedemikian halusnya, hingga tidak menurunkan tempo alur film ini. Belum ketika Wes Anderson menampilkan play yang dibawakan Max. Dia dengan pintarnya menggabungkan adegan peperangan Apocalypse Now dan Full Metal Jacket dalam adegan play Max.

Musik yang mengalun di sepanjang film ini pun terasa pas sekali. Apalagi ketika opening credit, Lagu I Am Waiting nya Rolling Stones sangat menyatu sekali. membuat kita betah untuk menonton film ini sampai selesai tanpa harus menunda apapun.

Pembawaan karakter Jason pun terbilang luar biasa, sebagai seorang pelajar SMA yang ambisius dan mothercomplex. Saya saja sampai geleng - geleng kepala melihat akting Jason sebagai Max. Juga kepolosan yang dibawakan Bill Murray sebagai ayah yang tidak punya harapan.

Film ini saya sarankan penting untuk ditonton remaja baik itu masih SMA atau sudah berstatus mahasiswa. Karena disini di perlihatkan bagaimana ambisi itu harus diimbangi dengan kenyataan yang ada dan jangan terlalu aktif di ekstra kulikuler sedangkan akademik kita tinggalkan.


Rating : 9/10




The Last Kiss

Jangan Lihat Nama

Directed by Tony Goldwin
Cast are Zach Braff, Jacinda Barret, Casey Affleck, Rachel Bilson, Tom Wilkinson, Harold Ramis, Marley Shelton
Tagline is "We All Make Choices. What's yours?"


Reaksi melihat poster film ini adalah satu, WOW! bayangkan saja penulis naskah film ini tergolong luar biasa sekali, Paul Haggis (One Million Dollar Baby dan Crash). Belum selesai rasa penasaran ku, keraguanku muncul ketika tahu ternyata film ini adalah remake dari film Gabriel Muccino berjudul L'Ultimo Bacio atau One Last Kiss. 

Akhinya saya coba menonton film ini, apalagi melihat jajaran pemainnya yang tergolong mempunyai track record yang bagus, seperti Zach Braff (terkenal akan perannya di serial Scrubs), Casey Affleck (sebagai adik Ben Affleck dia justru lebih menonjol), Tom Wilkinson (aktor senior yang terhitung karirnya lumayan) dan tentu saja Harold Ramis (siapapun tahu akan dia bukan?) 

Hasilnya, entah kenapa melihat film ini terasa sangat kecewa sekali. Dari miskinnya sudut kamera, tone yang dibawakan dan tentu saja kekuatan aktornya yang terbilang standar alias tidak ada improvisasi. Zach Braff yang terhitung paling menonjol di film ini malah terkesan lembek dan masih kebawa peran dia sebagai Dr. John Dorian (scrubs), Harold Ramis pun disini ternyata hanya pemanis yang muncul beberapa menit dengan hanya beberapa kalimat saja yang keluar dari mulutnya. Apalagi Casey Affleck, saya seperti melihat akting Ben Affleck di film Gigli sama - sama ancurnya.

Justru Tom Wilkinson di sini malah terhitung paling lumayan daripada yang lainnya, kharisma dia sebagai ayah yang dipusingkan oleh masalah anaknya dan istrinya membuat saya bersimpati dengan beliau. Bahkan saya sampai teringat dengan ayah saya melihat akting dia. 
Dari segi cerita, jujur saja saya menonton film ini butuh waktu tiga hari, karena film ini dengan mudah menghilangkan mood saya menonton, tidak adanya kejutan dari film ini, layaknya film aslinya yang begitu menghentak hingga menggondol banyak piala dari beberapa festival film.

Dikisahkan Michele (Zach Braff) mengalami hidup yang sempurna, memiliki kekasih cantik yang setia, Jenna (Jacinda Barrett) yang tengah mengandung 3 bulan. Meski begitu, Michele merasa belum siap menjadi seorang ayah hingga suatu ketika di pernikahan temannya, ia bertemu dengan seorang mahasiswi, Kim (Rachel Bilson). Dari situlah muncul keraguan didiri Michele. 

Di lain kisah, Ana (Blythe Danner) yang merupakan ibu dari Jenna merasa cemburu dengan kemesraan anaknya, hingga ia memutuskan untuk meninggalkan Stephen (Tom Wilkinson) suaminya, untuk kembali ke cinta tak terbalaskan nya Professor Bowler (Harold Ramis). 

Tidak hanya Michele saja yang mengalami masalah, bahkan ke tiga sahabatnya pun mengalami hal yang sama hanya berbeda kasus, Chris (Casey Affleck) meskipun sudah menikah dan memiliki satu anak tapi merasa gagal menjadi ayah karena Arianna (Marley Shelton) selalu memaki - maki dia. Izzy (Michael Weston) setelah diputus oleh cinta matinya dan ditinggal mati oleh ayahnya, Ia memutuskan untuk pergi jauh, dengan sangat putus asa ia mengajak Kenny (Eric Christian Olsen) untuk menemaninya, tapi dia tengah jatuh cinta. 

Sebetulnya melihat dari semua masalah - masalah tersebut akan sangat untuk dirangkai. Sayangnya, oleh Tony Goldwyn, sang sutradara kurang jeli memanfaatkan atmosfir nya. Sehingga cara dia mengakhiri masalah itu menjadi terkesan gampang sekali dan tidak terasa pemecahannya. Bahkan sampai film ini selesai, Tony justru memberikan ending yang menggantung dan sangat buruk sekali. Hingga orang akan menyesal menontonnya. 

Sekali lagi ini karena kekuatan Hollywood justru menghancurkan keindahan film Eropa.


Rating : 5/10

Sukiyaki Western Django

Mencicipi Koboi Dalam Nuansa Jepun


Directed by Takashi Miike
Cast are Hideaki Ito, Masanobu Ando, Koichi Sato, Kaori Momoi, Yusuke Iseya, Renji Shibashi, Yoshino Kimura, Quentin Tarantino
Tagline is An epic tale of blood, lust and greed.

Sekali lagi, Sineas dari Jepang yang sudah terkenal akan kekontroversialnya, Takashi Miike menyuguhkan sebuah film yang sangat unik nan aneh dan terbilang lumayan abstrak. Sukiyaki Western Django judulnya. Di sini anda akan melihat orang - orang jepang yang malah berbahasa Inggris dengan aksen Jepang tentunya. Tapi akan terasa aneh sekali. Bahkan sepanjang film ini diputar, cuma beberapa menit terdapat percakapan dengan bahasa Jepang. Karena inilah film koboi dengan nuansa Jepang. Sensasi muncul dari film ini adalah sang Sineas, Takashi Miike mengajukan permohonan secara langsung kepada Quentin Tarantino untuk ikut serta dalam film ini. Meski peran dia di film ini terhitung sedikit, tapi terhitung memegang kekuatan cerita disini. Maklum dialah narator prolog film ini.

Secara tidak langsung film ini merupakan versi fiksi dari cerita Heike yang begitu terkenal di Jepang. Tapi dengan kacaunya oleh Takashi film ini menjadi tidak jelas maksudnya, karena memang film ini sebenarnya remake film Django tahun 1966, juga film Yojimbo nya Akira Kurosawa. Unsur Django terasa dari seting nya yang terkesan western dan juga beberapa kostum nya juga kostum koboi plus cara menggunakan pistolnya. Sedangkan unsur Yojimbo disini adalah dimana dikisahkan Gunman (yang diperankan apik sekali oleh Hideaki Ito) dengan nekatnya masuk ke sebuah desa Yuta di kota Nevata yang sedang terjadi pertikaian antara Klan Genji yang dipimpin Minamoto no Yoshitsune (Yusuke Iseya) dan klan Heike yang dipimpin Taira no Kiyomori (Koichi Sato), yang secara tak langsung sama persis dengan kisah perang Genpei. 

Dalam soal cerita, unsur Django adalah Gunman sebetulnya datang ke desa Yuta dengan tujuan untuk membalaskan dendam kepada dua klan tersebut atas apa yang mereka lakukan sebelumnya. Tapi dia juga tertarik akan harta yang terpendam di desa Yuta.

Di desa itu Gunman ditawari untuk bergabung oleh Minamoto dan Taira. Tapi dia lebih memilih untuk netral dan dia tidak sengaja bertemu seorang stripper bernama Shizuka (Yoshino Kimura) yang menghubungkan dia dengan Ruriko (Kaori Momoi) yang mempunyai kunci penting untuk konflik kedua klan tersebut. 

Kerancuan juga muncul di film ini ketika Taira mendeklarasikan dirinya sebagai Henry Tudor setelah membaca buku tentang Wars of the Roses yang jelas - jelas tidak nyambung dengan awal cerita. 

Tapi itulah Miike, dengan cueknya dia mengobrak abrik cerita hingga membuat cerita ini benar - benar tidak jelas. Bahkan saya pun harus menonton film ini dua kali untuk memahami maksud dari film ini. Meski trailer film ini jelas - jelas mengumbar darah dan aksi yang tiada henti, jangan harap ketika menonton filmnya. Karena memang film ini tidak murni film aksi laga tapi lebih menitik beratkan ke cerita. Meski pun aksi laga di film ini terhitung keras dan berdarah - darah dan cenderung berlebihan. Tengok saja ketika pertempuran terakhir Gunman dan Minamoto. 

Perlu diklarifikasikan film ini mungkin untuk awam kurang diterima, meski ditampilkan banyak adegan keras dan darah dan juga keseksian Yoshino Kimura. 


Overall Rating : 7.5/10  

Senin, 21 Juni 2010

TV SERIES : How I Met Your Mother

Situasi Komedi Penuh Teka Teki

(dari Ki-ka : Neil Patrick Harris (Barney Stinson), CObie Smudler (Robin Scherbatsky), Josh Radnor (Ted Mosby), Alyson Hannigan (Lily Aldrin), Jason Segel (Marshall Erikssen)

Created By Carter Bays and Craig Thomas
Cast are Josh Radnor, Jason Segel, Cobie Smudlers, Neil Patrick Harris, Alyson Hannigan, Bob Saget
Tagline : A love story in reverse.

Jujur saja, pertama kali saya mengetahui serial ini, saya sama sekali tidak ada minat untuk menontonnya. Sampai akhirnya saya menemukan nama Jason Segel yang saat ini masih naik daun setelah bermain di film - film produksi Judd Apatow di serial ini minat untuk menonton serial ini pun muncul. Dan ternyata saya sama sekali tidak menyesal untuk menonton serial ini.
Pilot Serial ini agak susah juga untuk dimengerti.

Barulah kelucuan dan kualitas serial ini muncul di episode dua dan seterusnya. Cerita serial ini selalu dimulai oleh narasi Bob Saget "kids, this is story how i met your mother..." dimana setelah itu cerita berlanjut 30 tahun sebelumnya tepatnya ketika Ted Mosby (Josh Radnor) berumur 27 tahun dan sedang mengarungi perjalanan menemukan calon istrinya. Ted serumah bersama Marshall Erikssen (Jason Segel) yang tengah melamar Lily Aldrin (Alyson Hannigan) yang diterima nya, dan juga Barney Stinson (Neil Patrick Harris) yang selalu beranggapan dirinya paling sempurna dan paling luarbiasa dan selalu beranggapan dia teman terbaik nya Ted walau Ted selalu menolaknya.

Barney selalu berusaha meyakinkan Ted bahwa dia harus melupakan niat Ted untuk mencari calon istri, sampai akhirnya Ted yakin menemukan dia, si calon istri, Robin Scherbatsky (Cobie Smudlers) reporter dari stasiun TV tidak terkenal..

Meski kelihatannya dia yang menjadi calon istrinya, ternyata semua itu hanya teka teki, semua episode serial ini hampir endingnya tidak bisa kita tebak, dan ending setiap episode pasti akan membuat kita melongo, itulah keunggulan dari serial ini.

Apalagi ketika alur nya terkadang maju mundur, hingga kita mengetahui bagaimana nasib si tokoh dalam serial ini.

Serial ini pertama kali mengudara tahun 2005 dan berhenti di season 5 tepatnya di bulan Mei 2010. meskipun serial ini sudah berlanjut sampai season 5 hampir tidak ada kejenuhan yang muncul. Karena setiap episodenya selalu menghadirkan cerita yang segar hingga membuat kita akan selalu penasaran.

Barney said "Legen - wait for it, still wait, still wait- dary"

yah, memang benar perkataan Barney mungkin serial ini akan melegenda dan akan tidak pernah bosan untuk menontonnya.

Overall All Episode Rating : 9/10

Diner De La Cons

Hati - Hati Dengan Undangan Makan Malammu


Directed by Francis Veber
Cast are Thierry Lhermitte, Jacques Villeret, Francis Huster, Daniel Prevost, Alexander Vandernoot


Dikisahkan Pierre Brochant (Thierry Lhermitte) bersama ke tiga temannya mempunyai permainan baru, yaitu membawa seorang idiot ke perjamuan makanan. Dimana di perjamuan makanan itu mereka semua bertaruh orang idiot mana yang paling menonjol. Orang idiot disini di kategorikan orang yang aneh dengan keantusiasan hobinya.

Masalahnya, Pierre belum menemukan orang idiot untuk diajak ke makan malam itu. Sampai akhirnya temannya menawarkan seorang bernama Francois Pignon (Jacques Villeret) pegawai pajak yang memiliki hobi membuat miniatur dengan korek api.

Nasib sial didapat Pierre ketika dia sedang bermain golf, dia mengalami cedera di punggung hingga tidak memungkinkan untuk mengikuti acara tersebut. Belum selesai keapesannya, Christine Brochant ( Alexander Vandernoot) yang dari awal tidak setuju dengan adanya acara tersebut memilih untuk menelantarkan Pierre.

Sampai akhirnya Francois tiba di rumahnya. Sebuah keputusan yang amat salah untuk Pierre, karena kedatangan dia malah mengakibatkan mimpi buruk tak terlupakan untuk Pierre.
Ketertarikan saya menonton film ini adalah ketika mendapati film ini dilirik Hollywood untuk di remake ulang yang nantinya rilis di pertengahan Juli nanti. Mengetahui hal itu, saya pun mencoba untuk menonton film arahan Francis Veber ini. Awal menonton memang agak membingungkan, karena tempo nya terlalu cepat untuk pengenalan cerita. Tempo cerita mulai terasa enak ketika Francois tiba di rumah Pierre, dari situlah situasi komedinya tercipta dengan sangat lembut dan tak terlalu komikal.

Saya jamin penonton pasti akan merasa geram dan kesal melihat peran yang dibawakan Jacques Villeret sebagai Francois Pignon, saya juga berpikir ini orang tolol nya minta ampun.
Ketika menonton ini anda pasti akan merasa bertanya - tanya bagaimana ya kelanjutannya, bagaimana ya nasib si Pierre, apa si Christine bakal balik lagi,

semua itu oleh Francis Veber ditutup dengan akhir kisah yang mengejutkan dan membuat saya melongo.

Setelah melihat film ini, entah kenapa muncul rasa ragu untuk menonton versi Hollywoodnya dengan judul Dinner for Schmucks yang disutradarai oleh Jay Roach dan dimainkan oleh Paul Rudd, Steve Carell, Zach Galifianakis. Apalagi kualitas Steve Carell dalam komedi memang sudah tidak sebagus ketika bermain di film 40 years old virgin. Padahal di film itu dia memerankan Francois Pignon. meskipun ada Paull Rudd yang karirnya tengah menanjak.
Saran saya sebelum menonton film remake ala Hollywoodnya, lebih baik menonton film aslinya dulu.


Overall Rating : 8/10